Selasa, 07 Februari 2012

SEDEKAH

Sedekah. Suatu kata yang gampang diucapkan, tapi nyatanya tidak selalu mudah dilakukan. Berapa kali kita berjanji pada diri kita sendiri bahwa suatu hari nanti kita akan bersedekah sebanyak banyaknya ketika sudah mempunyai cukup banyak uang, tapi apa kenyataannya? Ketika tangan kita akhirnya memegang uang yang kita syaratkan sendiri, kenapa terasa begitu berat mengeluarkan sedekahnya?
 
Pada saat akan mengeluarkan sedekah, terbayang beratnya usaha yang dikeluarkan untuk meraih uang sejumlah yang kita pegang. Tiba tiba kita membayangkan jam-jam kerja panjang yang kita tabung, beratnya perjalanan ke tempat kerja, usaha kita untuk menahan keinginan membeli berbagai barang...dan sekarang? Ketika uangnya telah ada di tangan kita, apakah akan begitu mudahnya kita sedekahkan?

Anak Adam berkata: "Hartaku... hartaku..." Nabi Saw bersabda: "Adakah hartamu, hai anak Adam kecuali yang telah kamu belanjakan untuk makan atau membeli sandang lalu kumal, atau sedekahkan lalu kamu tinggalkan." (HR. Muslim)

Ya sesungguhnya jika kita renungkan sebentar saja, maka apa saja yang kita beli itu hanya akan berakhir 2 hal : makan atau sandang. Dan jika kita renungkan lebih lanjut maka hal itu akan membawa ke mana? Makanan akan dicerna tubuh kita menjadi kotoran. Entah itu berasal dari warung hik pinggir jalan senilai seribu rupiah ataukah berasal dari restoran papan atas di Paris seperti yang banyak dinikmati orang-orang super kaya di negara ini sekalipun maka itu hanya akan berakhir menjadi kotoran. 

Kedua, apa saja yang kita beli apakah itu pakaian murah ataukah pakaian mahal seharga puluhan juta yang hanya sekali dipakai oleh sang artis atau pejabat, maka kain itu pasti suatu hari nanti akan berakhir menjadi rombeng. Adakah yang bisa menemukan gaun indah milik ratu majapahit misalnya? Sekarang kain itu kemungkinan besar sudah menjadi rombeng. Begitu juga rumah yang kita beli, suatu hari nanti pastilah ada yang akan merobohkannya, merenovasinya, atau membelinya dan kayu serta semen itu akan menjadi rombeng.

Pertanyaan besarnya, lalu apakah harta kita yang sebenarnya?  Harta kita yang sebenarnya adalah harta yang kita nafkahkan di jalan Allah... harta yang kita sedekahkan dengan ikhlas karena untuk memenuhi perintah Allah semata, insya Allah harta itulah yang akan menjadi harta abadi kita. Jadi kalau mau menghitung, berapakah harta kita sebenarnya? 

Misalkan dalam satu bulan ini, gaji kita sejumlah 2 juta. 1 juta untuk beras, belanja bulanan, makan minum maka itu akan menjadi (maaf) kotoran. Selanjutnya 500 ribu untuk kita membeli baju, tas, sepatu, sofa mebel terbaru, maka itu akan menjadi rombeng. Selanjutnya 300 ribu untuk ditabung di bank, maka jika belum kita manfaatkan itu adalah hak ahli waris kita nanti , sedangkan 200 ribu kita sedekahkan. Maka sesungguhnya harta kita sebenarnya adalah 200 ribu itu. Saldo kita di tabungan yang abadi adalah 200 ribu itu. –Wallahu Alam-

Pernah ada cerita tentang orang yang paling rugi, dimana ia telah bekerja keras sepanjang hidupnya, tidak pernah makan kenyang, dan tak mau memberi kepada yang membutuhkan, hartanya ia kikir dan ditabung sampai menumpuk. Akan tetapi ajalnya telah mendahuluinya, dan alangkah menyesalnya ia ketika kelak mengetahui siksa kepadanya tetaplah kekal, sedangkan harta yang ia kumpulkan setengah mati dan menjadi warisan disedekahkan oleh si ahli waris. Ahli waris ini mengumpulkan banyak pahala dari harta yang ia kumpulkan, dan ia memperoleh siksa karena kekikirannya. Alangkah meruginya!!

Kemarin saya disentakkan oleh cerita lugu dari tukang sayur di depan kantor saya. Saya bertanya apa yang dia lakukan dengan sisa sayur yang tidak laku hari itu? Dengan lugunya ia menjawab ia memberikan sebagian sayur yang tidak laku kepada tetangga depan rumahnya, yaitu seorang anak yatim dan ibunya. Masya Allah, saya tersentak. Tukang sayur yang tidak tetap penghasilannya ini lebih banyak bersedekah daripada saya! Setiap hari dia mensedekahkan mungkin setengah sampai tiga perempat hasil modalnya dengan ikhlas tanpa perhitungan untung-rugi, sedangkan saya tak pernah mensedekahkan setengah gaji saya setiap bulan. Ya Allah betapa kau menegur aku....

-peringatan untuk diri sendiri-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar